Kamis, 22 Agustus 2019

materi kelas XA.5,6

kamis, 22 Agustus 2019

Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia



A. Sebelum Mengenal Tulisan
 
Zaman  pra-aksara. Pra-aksara adalah istilah untuk menggantikan istilah prasejarah.Penggunaan istilah prasejarah  untuk menggambarkan perkembangan kehidupan dan budaya manusia saat belum mengenal tulisan   adalah   kurang   tepat.  Pra berarti   sebelum   dan   sejarah adalah  peristiwa  yang  terjadi  pada  masa  lalu yang  berhubungan dengan aktifitas dan perilaku manusia,  sehingga  prasejarah  berarti sebelum  ada  sejarah.  Sebelum  ada  sejarah  berarti  sebelum  ada aktivitas kehidupan manusia.  Dalam kenyataannya sekalipun belum mengenal tulisan, makhluk yang dinamakan manusia sudah memiliki sejarah dan sudah menghasilkan kebudayaan. Oleh karena itu, para ahli mempopulerkan istilah pra-aksara  untuk  menggantikan istilah prasejarah. Pra-aksara   berasal   dari  dua   kata,   yakni  pra  yang  berarti sebelum  dan  aksara yang berarti  tulisan. Dengan  demikian zaman pra-aksara   adalah   masa  kehidupan  manusia  sebelum  mengenal tulisan. Ada istilah yang mirip dengan istilah pra-aksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa  dan leka berarti tulisan. Karena belum ada tulisan maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan manusia  adalah  dengan melihat  beberapa sisa peninggalan yang dapat  kita temukan. Kapan  waktu  dimulainya zaman  pra-aksara? Kapan  zaman  pra-aksara  itu berakhir?  Zaman  pra-aksara  dimulai sudah  tentu  sejak manusia ada,  itulah  titik dimulainya  masa  pra-aksara.Zaman pra-aksara berakhir  setelah manusianya mulai mengenal tulisan.
 
B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
 
Salah  satu  di antara  teori  ilmiah tentang terbentuknya bumi  adalah  Teori   “Dentuman Besar”  (Big  Bang), yang   dikemukakan  oleh   sejumlah   ilmuwan,   misalnya  ilmuwan besar Inggris, Stephen  Hawking. Teori ini menyatakan bahwa  alam semesta  mulanya  berbentuk gumpalan gas  yang  mengisi  seluruh ruang  jagad  raya.  Jika digunakan teleskop  besar  Mount  Wilson untuk  mengamatinya akan  terlihat  ruang  jagad  raya  itu  luasnya mencapai   radius  500.000.000 tahun   cahaya.  Gumpalan   gas  itu suatu  saat  meledak  dengan satu  dentuman yang  amat  dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta  mulai berdesakan satu  sama  lain dalam  kondisi  suhu  dan  kepadatan yang  sangat tinggi,  sehingga  hanya  tersisa energi  berupa  proton,  neutron dan elektron,  yang bertebaran ke seluruh arah. Ledakan  dahsyat   itu  menimbulkan gelembung-gelembung alam   semesta yang  menyebar dan  menggembung  ke  seluruh penjuru,  sehingga  membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit.  Bumi kita hanyalah salah satu titik kecil saja di antara  tata surya yang mengisi jagad semesta.
Selanjutnya proses evolusi alam semesta  itu memakan waktu kosmologis  yang  sangat   lama  sampai  berjuta   tahun.   Terjadinya evolusi  bumi  sampai   adanya   kehidupan  memakan  waktu   yang sangat  panjang. Ilmu paleontologi  membaginya dalam enam tahap waktu  geologis.  Masing-masing  ditandai  oleh peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung-gunung, benua,  dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut:
1.      Azoikum (Yunani: a =  tidak;  zoon  =  hewan),  yaitu  zaman sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu  yang  relatif  tinggi.  Waktunya  lebih  dari  satu miliar tahun  lalu.
2.      Palaezoikum,  yaitu zaman  purba  tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan  fosil flora  dan  fauna.   Berlangsung  kira-kira 350.000.000 tahun.
3.      Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia  (menyusui), hewan  amfibi,  burung  dan  tumbuhan berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4.      Neozoikum,  yaitu  zaman   purba   baru,   yang  dimulai  sejak 60.000.000 tahun   yang  lalu.  Zaman  ini dapat   dibagi  lagi menjadi dua tahap  (Tersier dan Quarter). Zaman es mulai menyusut  dan makhluk-makhluk  tingkat  tinggi dan manusia mulai hidup.
5.      Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan Indonesia   terbentuk  melalui   proses   yang   panjang   dan   rumit. Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora  dan  fauna   yang  masih  sangat   kecil dan  sederhana.
 
C. Asal usung nenek Moyang Bangsa Indonesia (Proto-Melayu, Deutro Melayu, dan Melanesoid)
 
Penduduk asli kepulauan Indonesia menurut Sarasin bersaudara adalah ras berkulit gelap dan bertubuh kecil. Mulanya mereka tinggal di Asia bagian tenggara. Namun, ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa sehingga memisahkan penggunungan vulkanik kepulauan Indonesia dari daratan utama. Setelah itu, beberapa penduduk asli kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Oleh Sarasin, penduduk asli tersebut disebut sebagai suku bangsa Vedda. Ras yang masuk dalam kelompok tersebut, seperti suku bangsa Hieng di Kamboja, suku bangsa Miaotse Yao-Jen di Cina, dan suku bangsa Senoi di Semenanjung Malaya.
Para pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Para pendatang tersebut datang dalam dua tahap. Oleh Sarasin para pendatang tersebut disebut sbagai Proto-Melayu dan Deutro Melayu. Kedatangan Proto-Melayu dan Deutro Melayu terpisah dan diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
 
1. Proto-Melayu
 
Diperkirakan Proto-Melayu datang dari Cina bagian selatan. Proto-Melayu tersebut diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai ke pulau-pulau paling timur di Pasifik. Ras Melayu tersebut mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecokelat-cokelatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan), Proto-Melayu berimigrasi ke Indocina dan ke Siam, kemudian ke kepulauan Indonesia. Mula-mula Proto-Melayu tersebut menempati pantai-pantai Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Di Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu membawa peradaban batu.
Pada waktu datang para imigran baru (Deutro Melayu atau ras Melayu Muda), Proto-Melayu berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke hutan-hutan untuk tempat hunian. Kedatangan Proto-Melayu terisolasi dari dunia luar dan peradaban mereka memudar. Setelah itu, antara penduduk asli dan Proto-Melayu melebur dan mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, suku bangsa Dayak, suku bangsa Toraja, suku bangsa Alas, dan suku bangsa Gayo.
Adanya kehidupan ras Proto-Melayu yang terisolasi menyebabkan ras Proto-Melayu sedikit mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun kebudayaan Islam di kemudian hari. Kelak para ras Proto-Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama Kristen dan peradaban baru.
Adanya persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Ada beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa Karen di Burma yang banyak mengandung kemiripan dengan bahasa batak.
 
2. Deutro Melayu
 
Deutro Melayu merupakan ras yang datang dari Indocina bagian selatan. Di kepulauan Indonesia, Deutro Melayu membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi (kebudayaan Dongson). Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson. Bila dibandingkan dengan ras Proto-Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih tinggi. Deutro Melayu membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu ditandai dengan keahlian mereka mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan Deutro Melayu ke kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka tinggalkan berupa kapak persegi panjang. Peradaban tersebut dapat dijumpai di Malaka, Sumatra, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam bidang pengolahan tanah, Deutro Melayu mempunyai kemampuan membuat irigasi di tanah-tanah pertanian. Sebelum mereka membuat irigasi, mereka terlebih dahulu membabat hutan. Selain itu, ras Deutro Melayu juga mempunyai peradaban pelayaran yang lebih maju bila dibandingkan dengan pendahulunya. Hal tersebut karena petualangan yang dilakukan Deutro Melayu sebagai pelaut dan dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan.
Perpindahan yang dilakukan Deutro Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagin dari ras Deutro Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada yang hingga ke Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin banyak di kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto-Melayu dan Deutro Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia. Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara serta Toraja di Sulawesi. Semua penduduk di kepulauan Indonesia, kecuali penduduk papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutro Melayu.
 
3. Melanesoid
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

injau

Materi sejarah

Materi Sejarah Kelas 12 IPS Semester 1 BAB 4 BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA  DALAM UPAYA MENGISI KEMERDEKAAN DEMOKRASI LIB...