C. Usaha Mempersatukan Partai-Partai.
Di Indonesia terdapat berbagai pergerakan yang
terpisah-pisah satu sama lain. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi perjuangan
bangsa Indonesia untuk menuju Indonesia merdeka. Beberapa tokok pergerakan
segera menyadari keadaan ini. Mereka berusaha mempersatukan
organisasi-organisasi pergerakan yang ada pada waktu itu.
1. Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI) didirikan pada tanggal 17 Desember 1927. Anggopta
PPPKI terdiri atas Partai Nasional Indonesia, Partai Serikat Islam, Budi Utomo,
Pasundan, SumatranenBond, Kaum Betawi, dan Indonesische Studie Club. Tujuan
PPPKI adalah :
a. Menyamakan arah aksi kebangsaan
serta memperkuat dan memperbaiki organisasi dengan melakukan kerjasama diantara
anggota-anggotanya,
b. Menghindarkan perselisihan diantara
para anggotanya yang dapat memperlemah aksi kebangsaan.Pengurus PPPKI disebut
Majelis Pertimbangan yang terdiri atas ketua, penulis, bendahara, dan
wakil-wakil dari partai-partai yang tergabung didalamnya.
2. Gabungan Politik Indonesia (GAPI).
GAPI adalah organisasi kerja sama antara partai-partai
politik di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal 21 Mei 1939. GAPI
berdiri atas prakarsa Muhammad Husni Thamrin. Anggota GAPI adalah Parindra,
Pasundan,Gerindo, Persatuan Minahasa, PSII, PII, dan Perhimpunan Politik
Katolik Indonesia. GAPI membentuk pengurus yang disebut Secretariat Tetap.
Pengurus Sekretariat Tetap dijabat oleh Abikusno Cokrosuyoso dari PSII 9Penulis
Umum ), Muhammad Husni Thamrin dari Parindra (bendahara), dan Mr. Amir
Syarifuddin dari Gerindo (pembantu penulis). GAPI beberapa kali mengadakan
kongres. Pada Kongres Rakyat Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-25
Desember 1939 dihasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
a. Menuntut Indonesia berparlemen.
Tuntutan ini dilakukan sebagai reaksi atas ditolaknya Petisi Sutarjo dalam
Volskraad sehingga Volskraad dianggap bukan parlemen.
b.
Diakuinya
Merah Putih sebagai bendera persatuan, Indonesia Raya sebagai lagu persatuan,
dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
D. Pergerakan Kaum Wanita.
Pada awalnya pergerakan wanita Indonesia dilakukan
oleh perorangan. Pelopor pergerakan wanita pada masa itu adalah R.A Kartini dan
R. Dewi Sartika . Keduanya ingin mengangkat derajat kaum wanita melalui
pendidikan. Perhatian yang besar dari R.A Kartini dan R. Dewi Sartika terhadap
kaum wanita telah mengilhami pergerakan kaum wanita untuk membentuk organisasi.
Pada awalnya tujuan organisasi perempuan itu untuk memperbaiki kedudukan
sosialnya. Namun, dalam perkembangannya organisasi itu juga berwawasan
kebangsaan.
1. Kongres I Perempuan Indonesia.
Pada tanggal 22 – 25 Desember 1928 beberapa
perkumpulan perkumpulan wanita Indonesia mengadakan Kongres Perempuan
Indonesia. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk
memajukan wanita Indonesia. Dalam kongres tersebut antara lain diputuskan
mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang bernama Perserikatan Perempuan
Indonesia (PPI).
2. Istri Sedar (IS).
Pada tangga 22 Maret 1930 di Bandung didirikan
perkumpulan Istri Sedar. Pendirinya adalah Nona Suwarni Joyoseputro. Tujuannya
menuju pada kesadaran wanita Indonesia dan derajat hidup Indonesia untuk
mempercepat dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Meskipun bukan merupakan
organisasi politik, tetapi dalam kampanyenya Istri Sedar sering menyarakan
sikap antipenjajah. Oleh sebab itu, organisasi ini mendapat pengawasan dari
Pemerintah Hindia Belanda.
E. Sumpah Pemuda
1. Pergerakan Pemuda Berdasarkan
Kedaerahan para pemuda tidak tinggal diam melihat penderitaan yang dialami
bangsanya. Mereka segera mendirikan perkumpulan-perkumpulan kepemudaan.
Mula-mula perkumpulan itu bersifat kedaerahan. Akhirnya, perkumpulan
–perkumpulan tersebut menjadi bersifat nasional. Perkumpulan- perkumpulan
kepemudaan yang bersifat kedaerahan antara lain :
a. Tri Koro Darmo
Tri Koro
Darmo didirikan pada tanggal 7 maret 1915 di gedung Kebangkitan Nasional,
Jakarta. Tri Koro Darmo artinya Tiga Tujuan Mulia. Tri Koro Darmo didirikan
oleh dr. Satiman Wiryosanjoyo (ketua), Wongsonegoro (wakil ketua), dan Sutomo
(sekretaris). Sebagian beasar anggotannya adalah murid-murid sekolah menengah
asal Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada kongres I yang diselenggarakan di Solo
pada tanggal 12 Juni 1918, nama Tri Koro Darmo diubah menjadi Jong Javanen Bond
(Jong Java).
b. Jong Minahasa
Perkumpulan
ini didirikanpada tanggal 6 Januari 1918. tujuannya adalah mempererat rasa
persatuan sesama pemuda yang berasal dari Minahasa dan memajukan kebudayaan
daerah Minahasa. Tokoh-tokohnya antara lain : T.A. Kandou, J.S. Warouw, L.
Palar, dan R.C.L Senduk.
2.
Pergerakan Pemuda dalam Bentuk
Kelompok Belajar
a. Indonesiche Studie Club (ISC)
Didirikan
di Surabaya pada tanggal 11 Juni 1924. pendirinya adalah dr. Sutomo. Tujuan ISC
adalah memberi semangat kaum terpelajar agar memiliki kesadaran terhadap
masyarakat, memperdalam pengetahuan politik, serta mendiskusikan masalah-masalah
pelajaran dan perkembangn sosial politik Indonesia. ISC kemudian menjadi Partai
Persatuan Bangsa Indonesia.
b. Algemeene Studie Club (ASC)
Didirikan di Bandung oleh Ir.
Soekarno dan Ir. Anwari. Tujuannya sama dengan ISC. Asas perjuangannya adalah
nonkooperasi. ASC kemudian menjadi Partai Nasional Indonesia.
3.
Pergerakan Pemuda Berdasarkan
Kebangsaan dan Keagamaan
a. Perhimpunan Indonesia (PI)
Didirikan di Belanda pada tahun
1908. Mula-mula bernama Indonesiche Vereeniging, pada tahun 1925 diubah namanya
menjadi Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda menahan para
pengurus PI antara lain : Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, A. M.
Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo. Mereka kemudian diadili di pengadialan
Den Haag, Belanda.
b.
Jong Islamienten Bond
Perkumpulan ini didirikan pada
tanggal 1 Januari 1926 oleh anggotanya yang keluar dari Jong Java.
Tokoh-tokohnya antara lain : R. Sam Haji Agus Salim, Moh. Rum, Wiwoho, Hasim,
Sadewo, M. Juari, dan Kasman Singodimejo.
Organisasi
Pergerakan Nasional Budi Utomo menghadapi Kekuasaan Kolonial Hindia Belanda
Tahun 1908 Budi Utomo adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di
Indonesia dengan memiliki struktur organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan
dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan.
Budi utomo pada saat ini lebih dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu STM
yang memiliki siswa yang suka tawuran, bikin rusuh, bandel, dan sebagainya.
Biasanya anak sekolah tersebut menyebut dengan singkatan Budut / Boedoet (Boedi
Oetomo). Pada artikel kali ini yang kita sorot adalah Budi Utomo yang
organisasi jaman dulu, bukan yang STM.
Budi
Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan
Bangsa Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Kesadaran
Nasional. Tanggal 20 Mei 1908 biasa diperingati sebagai Hari Kebangkitan
Nasional Indonesia.
Sebagai
suatu organisasi yang baik, Budi Utomo memberikan usulan kepada pemerintah
Hidia Belanda sebagai mana berikut ini :
1.
Meninggikan tingkat pengajaran di
sekolah guru baik guru bumi putera maupun sekolah priyayi.
2.
Memberi beasiswa bagi orang-orang
bumi putera.
3.
Menyediakan lebih banyak tempat pada
sekolah pertanian.
4.
Izin pendirian sekolah desa untuk
Budi Utomo.
5.
Mengadakan sekolah VAK / kejuruan
untuk para bumi putera dan para perempuan.
6.
Memelihara tingkat pelajaran di
sekolah-sekolah dokter jawa.
7.
Mendirikan TK / Taman kanak-kanak
untuk bumi putera.
8.
Memberikan kesempatan bumi putra
untuk mengenyam bangku pendidikan di sekolah rendah eropa atau sekolah Tionghoa
- Belanda.
Kongres pertama budi utomo diadakan di Yogyakarta pada oktober 1908 untuk mengkonsolidasikan diri dengan membuat keputusan sebagai berikut :
1. Tidak
mengadakan kegiatan politik.
2. Bidang utama adalah
pendidikan dan kebudayaan.
3. Terbatas
wilayah jawa dan madura.
4. Mengangkat R.T.
Tirtokusumo yang menjabat sebagai Bupati Karanganyar sebagai ketua.
Pemerintah
Hindia-Belanda mengesahkan Budi Utomo sebaga badan hukum yang sah karena
dinilai tidak membahayakan, namun tujuan organisasi Budi Utomo tidak maksimal
karena banyak hal, yakni :
1. Mengalami
kesulitan finansial
2. Kelurga R.T.
Tirtokusumo lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial daripada
rakyat.
3. Lebih memajukan
pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata.
4. Keluarga
anggota-anggota dari golongan mahasiswa dan pelajar.
5. Bupati-bupati
lebih suka mendirikan organisasi masing-masing.
6. Bahasa belanda
lebih menjadi prioritas dibandingkan dengan Bahasa Indonesia.
7. Pengaruh
golongan priyayi yang mementingkan jabatan lebih kuat dibandingkan yang
nasionalis.
Keterangan :
Bumi Putera adalah b
Nasionalisme, Islam, dan Kebangkitan Indonesia
Bumi Putera adalah b
Nasionalisme, Islam, dan Kebangkitan Indonesia
Gerakan
kebangkitan nasional muncul sebagai gerakan modern pada pergantian abad ke-19
dan ke-20. Munculnya Budi Utomo [1908], Syarikat Dagang Islam atau SDI [1911]
yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam atau SI [1912], Muhammadiyah
[1912], kemudian Nahdlatul Ulama [1926], dan Sumpah Pemuda [1928], semua itu
diyakini sebagai gerakan dan artikulasi politik yang menjadi fondasi kesadaran
nasionalisme, yang kelak menjadi faktor pendorong utama dalam perjuangan meraih
kemerdekaan bangsa pada 1945.
Sebelumnya gerakan rakyat melawan kolonialisme berlangsung secara sporadis dan tak terorganisasi secara baik. Namun setelah lahirnya organisasi-organisasi tadi, gerakan rakyat kian menemukan bentuk yang jelas dan arah yang pasti tentang masa depan bangsa yang diinginkan.
Ide persatuan bangsa berbasis Islam yang diusung H. Agus Salim menjadi antitesis terhadap gerakangerakan sukuistik atau kesukuan yang marak ketika itu seperti Jong Java, Jong Sunda, Jong Betawi, Jong Sumatera, dan lain-lain. Salim menginisiasi lahirnya Jong Islamitten Bond [JIB] yang melampaui sentimen-sentimen kesukuan. Sebab, kendati Islam bersifat “sektarian”, namun ideologi JIB adalah ideologi persatuan nasional atau kebangsaan, melebihi ideologi keislaman. Salim melihat bahwa Islamlah ketika itu satu-satunya ideologi yang bisa mempersatukan seluruh bangsa.
Sebelumnya gerakan rakyat melawan kolonialisme berlangsung secara sporadis dan tak terorganisasi secara baik. Namun setelah lahirnya organisasi-organisasi tadi, gerakan rakyat kian menemukan bentuk yang jelas dan arah yang pasti tentang masa depan bangsa yang diinginkan.
Ide persatuan bangsa berbasis Islam yang diusung H. Agus Salim menjadi antitesis terhadap gerakangerakan sukuistik atau kesukuan yang marak ketika itu seperti Jong Java, Jong Sunda, Jong Betawi, Jong Sumatera, dan lain-lain. Salim menginisiasi lahirnya Jong Islamitten Bond [JIB] yang melampaui sentimen-sentimen kesukuan. Sebab, kendati Islam bersifat “sektarian”, namun ideologi JIB adalah ideologi persatuan nasional atau kebangsaan, melebihi ideologi keislaman. Salim melihat bahwa Islamlah ketika itu satu-satunya ideologi yang bisa mempersatukan seluruh bangsa.
Dari sini pula
kemudian lahir persatuan pemuda Indonesia yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda
pada 1928, yang mempersatukan segenap Jong, dan menjadi katalisator bagi
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945.
Hampir 100
tahun setelah kebangkitan nasional pada awal abad ke-20, kita juga menyaksikan
lahirnya kebangkitan nasional yang lain, yaitu gerakan reformasi pada tahun
1998. Gerakan reformasi Mei 1998 telah mengantarkan bangsa Indonesia pada
“kemerdekaan” jilid kedua, yaitu lahirnya demokrasi dan kebebasan politik. Hal
ini menunjukkan bahwa gejala kebangkitan bukan merupakan puncak, melainkan
sebuah awal dari peristiwa besar. Gejala kebangkitan hanya menandai proses
menuju suatu masa depan yang diimpikan.
Belajar dari sejarah itu, memasuki seabad kebangkitan nasional ini, sebaiknya kita gelorakan kembali spirit untuk merajut kembali rasa nasionalisme, semangat kebersamaan membangun rasa keindonesiaan dengan mengubur kepentingan kelompok atau golongan yang merongrong kohesi nasional. Kita harus bersatu padu membangun kebersamaan Indonesia yang sedang sakit. Janganlah kita masih terkotak-kotak karena kepentingan-kepentingan kelompok atau golongan, kesukuan dan partai. Sudah banyak pembelajaran yang patut kita renungkan dan mesti kita sikapi. Lihat hasil pertikaian antar-kelompok yang pernah terjadi.
Teroris pun dengan leluasa keluar masuk di negeri tercinta ini, dan berhasil memporak-porandakan rasa kenyamanan yang telah kita bangun bersama pemerintah. Semua ini sungguh melukai nalar sehat dan nurani rakyat yang senantiasa damba pada perdamaian. Peristiwa ini pasti akan menyisakan barisan sakit hati atau ketidak-puasan kelompok-kelompok tertentu.
Belajar dari sejarah itu, memasuki seabad kebangkitan nasional ini, sebaiknya kita gelorakan kembali spirit untuk merajut kembali rasa nasionalisme, semangat kebersamaan membangun rasa keindonesiaan dengan mengubur kepentingan kelompok atau golongan yang merongrong kohesi nasional. Kita harus bersatu padu membangun kebersamaan Indonesia yang sedang sakit. Janganlah kita masih terkotak-kotak karena kepentingan-kepentingan kelompok atau golongan, kesukuan dan partai. Sudah banyak pembelajaran yang patut kita renungkan dan mesti kita sikapi. Lihat hasil pertikaian antar-kelompok yang pernah terjadi.
Teroris pun dengan leluasa keluar masuk di negeri tercinta ini, dan berhasil memporak-porandakan rasa kenyamanan yang telah kita bangun bersama pemerintah. Semua ini sungguh melukai nalar sehat dan nurani rakyat yang senantiasa damba pada perdamaian. Peristiwa ini pasti akan menyisakan barisan sakit hati atau ketidak-puasan kelompok-kelompok tertentu.
Kadangkala
muncul sekelompok orang yang merasa berhasil, merasa paling besar, merasa
paling penting, merasa paling berjasa, sehingga melunturkan rasa kepedulian dan
kebersamaan serta tujuan akhir perjuangan para pendahulu kita. Empati kita
terkikis, rasa memiliki dan menjadi bagian warga negara ini luntur karena ego
dan kepentingan kelompok atau golongan serta keserakahan kita yang ingin
mendapatkan lebih dan tidak mau berbagi. Padahal tanpa adanya dukungan dan
kebersamaan dari orang lain maka sebenarnya kita tidak bisa berbuat dan
mendapatkan apa-apa serta tak punya arti apa-apa.
Maka hal
terpenting yang kita harus lakukan saat ini adalah menyatukan kembali
nasionalisme keindonesiaan kita yang tercabik-cabik. Lalu karena dengan
semangat kebersamaan akhirnya berhasil ditransformasikan menjadi gerakan
kebangkitan nasional yang modern, rasional dan bersatu. Muaranya pun jelas,
yaitu tujuan bersama meraih kemerdekaan bangsa.
Kalau kita
tidak menggelorakan semangat keindonesiaan lalu diwujudkan dengan karya nyata
yang untuk memajukan rakyat, maka 20 atau 30 tahun yang akan datang kita tidak
akan menyaksikan perubahan besar apa pun, dan kita akan tetap menjadi bangsa
yang kerdil dan terkucil dalam pergaulan dunia. Dan mimpi para pejuang dan
pendiri negeri ini yang ingin menjadikan negeri ini menjadi negeri besar, adil
dan makmur, gemah ripah loh jinawi toto tentrem kartoraharjo akan kandas dan
hanya akan tetap menjadi mimpi. Saatnya kita bangun bersama semangat
nasionalisme untuk membangun dan mewujudkan mimpi besar itu dan memberikan yang
terbaik untuk anak cucu kita.