Indonesia Zaman Praaksara: Awal
Kehidupan Manusia Indonesia
A. Sebelum Mengenal Tulisan

B. Terbentuknya Kepulauan
Indonesia
Salah satu di antara teori ilmiah
tentang terbentuknya bumi adalah
Teori “Dentuman Besar”
(Big Bang), yang dikemukakan
oleh sejumlah ilmuwan, misalnya ilmuwan besar Inggris, Stephen Hawking. Teori ini
menyatakan bahwa
alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi
seluruh ruang jagad
raya. Jika digunakan teleskop
besar
Mount
Wilson untuk mengamatinya akan terlihat
ruang
jagad
raya itu luasnya mencapai radius 500.000.000 tahun cahaya. Gumpalan gas itu suatu
saat
meledak
dengan satu
dentuman yang amat dahsyat.
Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta
mulai berdesakan satu sama
lain dalam kondisi
suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya
tersisa energi berupa proton, neutron dan
elektron, yang bertebaran
ke seluruh arah. Ledakan
dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang
menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang,
matahari, planet-planet, bumi, bulan
dan meteorit. Bumi
kita hanyalah salah satu titik kecil saja di
antara tata surya yang mengisi
jagad semesta.
Selanjutnya proses evolusi
alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang
sangat lama sampai berjuta tahun.
Terjadinya evolusi
bumi
sampai adanya
kehidupan
memakan
waktu yang sangat
panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh peristiwa
alam yang menonjol, seperti munculnya
gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi
bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut:
1. Azoikum (Yunani: a =
tidak; zoon = hewan), yaitu zaman
sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan suhu yang relatif
tinggi. Waktunya
lebih dari satu miliar tahun lalu.
2. Palaezoikum, yaitu zaman
purba
tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil flora dan fauna.
Berlangsung kira-kira 350.000.000 tahun.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan mamalia (menyusui), hewan amfibi,
burung dan tumbuhan
berbunga mulai ada. Lamanya kira-kira
140.000.000 tahun.
4. Neozoikum, yaitu zaman purba
baru,
yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu.
Zaman ini
dapat dibagi lagi
menjadi dua tahap (Tersier
dan Quarter).
Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia
mulai hidup.
5. Merujuk pada tarikh bumi di atas,
sejarah di Kepulauan Indonesia terbentuk
melalui proses yang
panjang
dan
rumit.
Sebelum bumi didiami manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan fauna yang masih sangat
kecil
dan sederhana.
C.
Asal usung nenek Moyang Bangsa Indonesia (Proto-Melayu, Deutro Melayu,
dan Melanesoid)
Penduduk
asli kepulauan Indonesia menurut Sarasin bersaudara adalah ras berkulit
gelap dan bertubuh kecil. Mulanya mereka tinggal di Asia bagian tenggara.
Namun, ketika zaman es mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina
Selatan dan Laut Jawa sehingga memisahkan penggunungan vulkanik kepulauan
Indonesia dari daratan utama. Setelah itu, beberapa penduduk asli kepulauan
Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah
pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Oleh Sarasin, penduduk asli tersebut
disebut sebagai suku bangsa Vedda. Ras yang masuk dalam kelompok tersebut,
seperti suku bangsa Hieng di Kamboja, suku bangsa Miaotse Yao-Jen di Cina, dan
suku bangsa Senoi di Semenanjung Malaya.
Para
pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Jumlah mereka
jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Para pendatang tersebut datang dalam
dua tahap. Oleh Sarasin para pendatang tersebut disebut sbagai Proto-Melayu dan
Deutro Melayu. Kedatangan Proto-Melayu dan Deutro Melayu terpisah dan
diperkirakan lebih dari 2000 tahun yang lalu.
1. Proto-Melayu
Diperkirakan Proto-Melayu datang
dari Cina bagian selatan. Proto-Melayu tersebut diyakini sebagai nenek moyang
orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai ke pulau-pulau
paling timur di Pasifik. Ras Melayu tersebut mempunyai ciri-ciri rambut lurus,
kulit kuning kecokelat-cokelatan, dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan
(Yunan), Proto-Melayu berimigrasi ke Indocina dan ke Siam, kemudian ke
kepulauan Indonesia. Mula-mula Proto-Melayu tersebut menempati pantai-pantai
Sumatra Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Di Kepulauan Indonesia, Proto-Melayu
membawa peradaban batu.
Pada
waktu datang para imigran baru (Deutro Melayu atau ras Melayu Muda),
Proto-Melayu berpindah masuk ke pedalaman dan mencari tempat baru ke
hutan-hutan untuk tempat hunian. Kedatangan Proto-Melayu terisolasi dari dunia luar
dan peradaban mereka memudar. Setelah itu, antara penduduk asli dan
Proto-Melayu melebur dan mereka kemudian menjadi suku bangsa Batak, suku bangsa
Dayak, suku bangsa Toraja, suku bangsa Alas, dan suku bangsa Gayo.
Adanya
kehidupan ras Proto-Melayu yang terisolasi menyebabkan ras Proto-Melayu sedikit
mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu maupun kebudayaan Islam di kemudian
hari. Kelak para ras Proto-Melayu mendapat pengaruh Kristen sejak mereka
mengenal para penginjil yang masuk ke wilayah mereka untuk memperkenalkan agama
Kristen dan peradaban baru.
Adanya
persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka
menunjukkan rute perpindahan mereka dari kepulauan Indonesia. Sementara suku
bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan
Malaka Barat. Ada beberapa kesamaan bahasa yang digunakan oleh suku bangsa
Karen di Burma yang banyak mengandung kemiripan dengan bahasa batak.
2. Deutro Melayu
Deutro Melayu merupakan ras yang
datang dari Indocina bagian selatan. Di kepulauan Indonesia, Deutro Melayu
membawa budaya baru berupa perkakas dan senjata besi (kebudayaan Dongson).
Deutro Melayu sering disebut dengan orang-orang Dongson. Bila dibandingkan
dengan ras Proto-Melayu, peradaban Deutro Melayu lebih tinggi. Deutro Melayu
membuat perkakas dari perunggu. Peradaban Deutro Melayu ditandai dengan
keahlian mereka mengerjakan logam dengan sempurna.
Perpindahan Deutro Melayu ke
kepulauan Indonesia dapat dilihat dari rute persebaran alat-alat yang
ditinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia. Alat yang mereka tinggalkan
berupa kapak persegi panjang. Peradaban tersebut dapat dijumpai di Malaka,
Sumatra, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam
bidang pengolahan tanah, Deutro Melayu mempunyai kemampuan membuat irigasi di
tanah-tanah pertanian. Sebelum mereka membuat irigasi, mereka terlebih dahulu
membabat hutan. Selain itu, ras Deutro Melayu juga mempunyai peradaban
pelayaran yang lebih maju bila dibandingkan dengan pendahulunya. Hal tersebut
karena petualangan yang dilakukan Deutro Melayu sebagai pelaut dan dibantu
dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan.
Perpindahan yang dilakukan Deutro
Melayu ada juga yang menggunakan jalur pelayaran laut. Sebagin dari ras Deutro
Melayu ada yang mencapai kepulauan Jepang, bahkan ada yang hingga ke
Madagaskar. Kedatangan ras Deutro Melayu semakin lama semakin banyak di
kepulauan Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Proto-Melayu dan Deutro
Melayu membaur dan kemudian menjadi penduduk di kepulauan Indonesia. Proto
Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara serta Toraja
di Sulawesi. Semua penduduk di kepulauan Indonesia, kecuali penduduk papua dan
yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua adalah ras Deutro Melayu.
3. Melanesoid
Selain Proto-Melayu dan Deutro
Melayu, di Indonesia juga ada ras lain yaitu ras Melanesoid. Ras Melanesoid
tersebar di Lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan
Benua Australia. Ras Melanesoid di kepulauan Indonesia tinggal di Papua. Suku
bangsa Melanesoid menurut Daldjoeni sekitar 70% menetap di Papua dan yang 30%
tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini. Pada awalnya,
kedatangan bangsa Melanesoid di Papua berawal ketika zaman es berakhir (tahun
70000 SM). Ketika itu kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun
hingga mencapai kedinginan maksimal dan air laut menjadi beku, maka permukaan
laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan dengan permukaan saat ini. Pada
saat tersebut muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau baru tersebut
memudahkan makhluk hidup berpindah dari Asia menuju ke kawasan Oseania.
Bangsa Melanesoid melakukan
perpindahan ke timur hingga sampai ke Papua dan kemudian ke Benua Australia
yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungkan dengan Papua. Pada
waktu itu, bangsa Melanesoid mencapai 100 jiwa yang meliputi wilayah Papua dan
Australia. Pada waktu masa es berakhir dan air laut mulai naik lagi pada tahun
5000 SM, kepulauan Papua dan Benua Australia terpisah seperti yang kita lihat
saat ini. Adapun asal mula bangsa Melanesoid adalah Proto Melanesoid.
Proto Melanesoid tersebut adalah manusia Wajak yang tersebar ke timur dan
menduduki Papua, sebelum zaman es berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut
yang terjadi pada waktu itu. Manusia Wajak di Papua hidup berkelompok-kelompok
kecil di sepanjang muara-muara sungai. Manusia Wajak tersebut hidup dengan
menangkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta
berburu di hutan belukar. Tempat tinggalnya berupa perkampungan-perkampungan
yang terbuat dari bahan-bahan yang ringan. Sebenarnya rumah tersebut hanya
kemah atau tadah angina yang sering menempel pada dinding gua yang besar. Kemah
atau tadah angina tersebut hanya digunakan sebagai tempat untuk tidur dan untuk
berlindung, sedangkan untuk aktivitas yang lain dilakukan di luar rumah.
Setelah itu, bangsa Proto
Melanesoid terdesak oleh bangsa Melayu. Bangsa Proto Melanesoid yang belum
sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran dengan bangsa Melayu.
Pencampuran kedua bangsa tersebut menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu yang
saat ini merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.