2. Antara Pantai dan Gua
Zaman batu terus berkembang
memasuki zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman
Mesolitikum. Hasil
kebudayaan
batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu
tua). Sekalipun demikian, bentuk dan hasil-hasil
kebudayaan zaman Paleolitikum
tidak serta merta punah
tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk
flake dan alat-alat dari tulang terus mengalami perkembangan. Secara garis besar kebudayaan Mesolitikum ini
terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai lingkungan tempat tinggal, yakni di pantai
dan di gua
.a. Budaya Kjokkenmoddinger
|
|
|||
b. Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan
yang ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan
bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan
ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein
Callenfels di Gua Lawa dekat
Sampung,
Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun
1928 sampai
1931.
Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu penggilingan. Juga
ditemukan alat-alat dari tulang
dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro,
juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong
3. Mengenal Api
Bagi manusia purba,
proses penemuan
api merupakan bentuk
inovasi yang
sangat penting. Berdasarkan data arkeologi,
penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun
yang lalu. Penemuan pada
periode
manusia
Homo erectus. Pada awalnya pembuatan api dilakukan
dengan cara membenturkan dan menggosokkan benda halus yang mudah
terbakar dengan benda
padat
lain. Sebuah
batu yang
keras, misalnya batu api,
jika dibenturkan ke
batuan keras lainnya akan
menghasilkan percikan
api. Percikan
tersebut kemudian ditangkap dengan
dedaunan kering, lumut atau material lain yang kering hingga
menimbulkan api. Pembuatan api juga dapat dilakukan dengan menggosok
suatu benda terhadap benda lainnya, baik secara
berputar, berulang, atau bolak-balik. Sepotong kayu keras misalnya, jika digosokkan pada kayu lainnya akan menghasilkan panas karena gesekan itu kemudian menimbulkan api.
Penemuan api juga memperkenalkan manusia pada teknologi
memasak
makanan, yaitu memasak dengan cara membakar dan menggunakan
bumbu dengan ramuan tertentu. Manusia juga menggunakan api sebagai senjata. Api pada saat itu
digunakan manusia untuk
menghalau binatang buas yang menyerangnya.Kebiasaan bertani dengan menebang lalu bakar (slash and burn) adalah kebiasaan
kuno yang tetap berkembang sampai sekarang.
4. Sebuah
Revolusi
Perkembangan
zaman batu yang dapat dikatakan
paling penting dalam kehidupan
manusia adalah zaman batu baru atau
neolitikum. Pada zaman neolitikum yang
juga dapat dikatakan sebagai
zaman
batu
muda.
Pada zaman ini telah
terjadi “revolusi
kebudayaan”, yaitu terjadinya
perubahan pola hidup manusia. Pola hidup food gathering digantikan dengan pola food
producing. Hal ini seiring dengan terjadinya perubahan jenis pendukung kebudayannya. Pada
zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung
kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai proses
untuk menghasilkan
atau memproduksi bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang terkenal
di
zaman
neolitikum ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap perkembangan
a.
Kebudayaan
Kapak Pesegi
NamaNama kapak persegi
berasal
dari penyebutan oleh von Heine Geldern. Penamaan
ini dikaitkan dengan bentuk
alat tersebut. Kapak persegi ini berbentuk
persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Ukuran alat ini juga bermacam-macam.
Kapak persegi
yang besar
sering disebut dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah
ada yang diberi tangkai sehingga persis seperti
cangkul zaman sekarang. Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah.
Penyebaran alat-alat ini terutama di
Kepulauan Indonesia bagian
barat, seperti Sumatra, Jawa
dan Bali. Diperkirakan sentra-sentra
teknologi kapak persegi ini ada
di Lahat (Palembang),
Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian Pacitan-Madiun, dan di
Lereng Gunung Ijen
(Jawa Timur). Yang menarik,
di Desa Pasirkuda dekat
Bogor
juga
ditemukan batu asahan. Kapak persegi
ini cocok sebagai alat pertanian.
b.
Kebudayaan
Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini
yang
berbentuk lonjong. Bentuk
keseluruhan alat
ini lonjongseperti bulat telur. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian
ujung
yang lain diasah sehingga tajam. Kapak yang ukuran
besar sering disebut
walzenbeil
dan yang kecil dinamakan
kleinbeil. Penyebaran jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan
Indonesia bagian timur, misalnya
di daerah Papua,
Seram, dan Minahasa. Pada
zaman Neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga
ditemukan barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat
gerabah atau tembikar.
c.
Perkembangan
Zaman Logam
Mengakhiri zaman batu masa Neolitikum maka dimulailah zaman logam.
Sebagai
bentuk
masa
perundagian. Zaman
logam di Kepulauan Indonesia
ini agak berbeda bila dibandingkan dengan yang
ada di Eropa. Di Eropa zaman
logam ini mengalami tiga fasezaman
tembaga, perunggu dan besi. Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat
penting
dalam sejarah. Beberapa contoh benda-benda
kebudayaan perunggu itu antara
lain: kapak corong, nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam
ini juga terkait
dengan praktik keagamaan misalnya nekara.
Lampiran 2 : Instrumen Penilaian
No
|
Butir Instrumen
|
Kunci Jawaban
|
Skor
|
1
|
Jelaskan ciri-ciri
hasil-hasil budaya masyarakat praaksara!
|
|
|
2
|
Sebutkan contoh
hasil-hasil budaya masyarakat praaksara!
|
|
|
3
|
Jelaskan pembagian zaman praaksara!
|
|
|
4
|
Jelaskan nilai-nilai budaya
masyarakat praaksara dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat!
|
|
|
5
|
Jelaskan
hasil-hasil dan nilai-nilai
budaya masyarakat praaksara yang berpengaruh dan digunakan pada masyarakat
sekarang!
|
|
|
Total
|
|