Rabu, 04 September 2019

kelas X.S3.XA dan A.3




2. Antara Pantai dan Gua
Zaman   batu  terus   berkembang  memasuki zaman batu madya  atau  batu  tengah yang  dikenal zaman  Mesolitikum. Hasil kebudayaan batu madya ini sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman  Paleolitikum (batu  tua). Sekalipun demikian,  bentuk  dan  hasil-hasil kebudayaan zaman  Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan. Bentuk flake  dan  alat-alat  dari  tulang  terus  mengalami  perkembangan. Secara garis besar kebudayaan Mesolitikum ini terbagi menjadi dua kelompok besar yang ditandai  lingkungan  tempat tinggal, yakni di pantai dan di gua

.a.       Budaya Kjokkenmoddinger















                                           kjokkenmoddinger
 
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa  Denmark, kjokken  berarti dapur  dan  modding dapat   diartikan  sampah   (kjokkenmoddinger = sampah  dapur). Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara  Langsa di Aceh sampai Medan. Dengan kjokkenmoddinger ini dapat   me  mberi  informasi  bahwa   manusia purba   zaman   Mesolitikum   umumnya   bertempat  tinggal  di  tepi pantai.  Pada tahun  1925 Von Stein Callenfals melakukan  penelitian di bukit kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di zaman Paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang  di pantai  Sumatra Timur ini diberi nama  pebble  atau  lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Di samping  kapak jenis pebble  juga ditemukan jenis kapak  pendek  dan  jenis batu  pipisan  (batu-batu alat penggiling). Di Jawa  batu  pipisan ini umumnya  untuk  menumbuk dan menghaluskan jamu.







kapak Genggam

 

 











b.      Kebudayaan Abris Sous Roche
Kebudayaan  abris sous  roche  merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba  pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan  penelitian  oleh  Von Stein Callenfels di Gua Lawa dekat  Sampung,  Ponorogo.  Penelitian dilakukan  tahun 1928   sampai   1931.   Beberapa   hasil  teknologi   bebatuan   yang ditemukan misalnya ujung  panah,  flakke,  batu  penggilingan. Juga ditemukan alat-alat  dari tulang  dan tanduk  rusa. Kebudayaan  abris sous roche ini banyak  ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah  Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong
3. Mengenal Api
            Bagi  manusia   purba,   proses   penemuan  api   merupakan bentuk  inovasi yang  sangat  penting.  Berdasarkan  data  arkeologi, penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun  yang lalu. Penemuan pada  periode  manusia  Homo  erectus.  Pada awalnya pembuatan api dilakukan dengan cara membenturkan dan  menggosokkan benda   halus  yang  mudah   terbakar   dengan benda  padat  lain. Sebuah  batu  yang keras, misalnya batu  api, jika dibenturkan ke batuan keras lainnya akan  menghasilkan percikan api.  Percikan  tersebut  kemudian   ditangkap dengan  dedaunan kering, lumut  atau  material  lain yang kering hingga  menimbulkan api. Pembuatan api juga dapat  dilakukan dengan menggosok suatu benda   terhadap benda   lainnya,  baik  secara  berputar,  berulang, atau  bolak-balik.  Sepotong kayu keras  misalnya,  jika digosokkan pada  kayu lainnya akan  menghasilkan panas  karena  gesekan  itu kemudian  menimbulkan api.
Penemuan  api  juga  memperkenalkan  manusia pada  teknologi  memasak  makanan, yaitu memasak  dengan cara membakar dan  menggunakan bumbu dengan ramuan tertentu. Manusia juga menggunakan api sebagai senjata. Api pada saat itu digunakan manusia untuk menghalau binatang buas yang menyerangnya.Kebiasaan bertani  dengan menebang lalu bakar (slash and burn) adalah kebiasaan  kuno yang tetap berkembang sampai sekarang.

4. Sebuah Revolusi
Perkembangan zaman batu  yang dapat dikatakan  paling  penting  dalam  kehidupan manusia adalah zaman batu baru atau neolitikum. Pada zaman neolitikum yang juga dapat  dikatakan sebagai  zaman  batu  muda.  Pada zaman  ini telah terjadi revolusi kebudayaan”, yaitu terjadinya perubahan pola hidup  manusia. Pola hidup  food gathering digantikan dengan pola food producing. Hal ini seiring dengan terjadinya  perubahan jenis pendukung kebudayannya. Pada  zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan beternak sebagai proses untuk  menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hasil kebudayaan yang  terkenal  di  zaman neolitikum ini secara garis besar dibagi menjadi dua tahap perkembangan
a.       Kebudayaan Kapak Pesegi
NamaNama  kapak  persegi  berasal  dari penyebutan oleh  von Heine Geldern.  Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk  alat tersebut. Kapak persegi  ini berbentuk  persegi  panjang  dan  ada juga  yang  berbentuk trapesium. Ukuran  alat  ini juga   bermacam-macam.  Kapak   persegi   yang besar  sering  disebut  dengan beliung  atau  pacul (cangkul), bahkan  sudah  ada yang diberi tangkai sehingga  persis seperti  cangkul  zaman  sekarang. Sementara yang berukuran kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatra,   Jawa dan Bali. Diperkirakan sentra-sentra teknologi kapak persegi  ini ada  di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian Pacitan-Madiun, dan di Lereng Gunung  Ijen (Jawa Timur). Yang menarik, di  Desa  Pasirkuda  dekat  Bogor  juga  ditemukan batu  asahan. Kapak persegi ini cocok sebagai  alat pertanian.
b.      Kebudayaan Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk  penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini lonjongseperti bulat telur. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada  bagian  ujung  yang lain diasah  sehingga  tajam.  Kapak yang ukuran  besar  sering disebut  walzenbeil  dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran  jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya di daerah  Papua, Seram, dan Minahasa. Pada zaman Neolitikum, di samping berkembangnya jenis kapak batu juga ditemukan barang-barang perhiasan, seperti gelang dari batu, juga alat-alat gerabah atau tembikar.


c.       Perkembangan Zaman Logam
Mengakhiri zaman batu masa Neolitikum maka dimulailah zaman  logam.  Sebagai  bentuk  masa  perundagian. Zaman  logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan yang ada di Eropa. Di Eropa zaman  logam ini mengalami tiga fasezaman tembaga, perunggu dan besi. Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman perunggu merupakan fase yang sangat  penting  dalam  sejarah.  Beberapa  contoh  benda-benda  kebudayaan perunggu itu antara  lain: kapak corong,  nekara, moko, berbagai barang perhiasan. Beberapa benda hasil kebudayaan zaman  logam ini juga terkait  dengan praktik keagamaan misalnya nekara.

Lampiran 2     : Instrumen Penilaian

No
Butir Instrumen
Kunci  Jawaban
Skor
1
Jelaskan ciri-ciri hasil-hasil budaya masyarakat praaksara!


2
Sebutkan contoh hasil-hasil budaya masyarakat praaksara!


3
Jelaskan pembagian zaman praaksara!


4
Jelaskan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat!


5
Jelaskan  hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara yang berpengaruh dan digunakan pada masyarakat sekarang!


Total










Materi sejarah

Materi Sejarah Kelas 12 IPS Semester 1 BAB 4 BAB 4 PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI INDONESIA  DALAM UPAYA MENGISI KEMERDEKAAN DEMOKRASI LIB...